Kamis, 12 April 2018

PEMODELAN SISTEM ( MATERI KULIAH 3 )

METODOLOGI OR/MS

PENDAHULUAN
Sebagian besar dari metodologi OR/MS berkaitan dengan sistem aktifitas manusia yang mudah dikendalikan / berpengaruh, dalam rancangan OR/MS, akan melbatkan stakeholder, actor atau peran untuk masing-masing, seperti berikut :
Pemilik masalah adalah kelompok atau orang yang mempunyai kendali atas aspek tertentu yang menyangkut masalah. Kebanyakan, pemilik masalah adalah pembuat keputusan itu.
Pelaksana masalah adalah yang menggunakan solusi dan melaksanakan keputusan yang disetujui oleah pembuat keputusan atau pemilik masalah dan ia tidak punya otoritas untuk mengubah keputusan atau memulai tindakan baru.
Penikmat masalah adalah orang yang merasakan manfaat atau konsekuensi pelaksanaan solusi
Pemecah masalah atau analis adalah yang meneliti masalah dan megembangkan untuk mencapai suatu solusi atas persetujuanpemilik masalah.

Semua peran akan selalu didefinisikan dalam bentuk ketertarikan sistem yang sempit. Definisikanlah sertaidentifikasi siapa saja pengawas dari suatu situasi permasalahan sehingga menjadi sangat jelas sekaligus sistem yang relevan telah didefinisikan, meskipun demikian analis mungkin memiliki ide yang baik mengenai siapakah yang paling diutamakan dalam analisis.
Nama pemilik masalah, pelaksana masalah, penikmat masalah dan analis tidak mesti harus dengan nama sebenarnya, tetapi gunanya untuk memerankan. Sebagaimana yang kita ketahui satu orang mungkin memilki asumsi bahwa ada lebih dari satu peran yang berkesinambungan dan berurutan.

ARTI PENTING KEJELASAN DEFINISI PERAN
Peran sponsor akan mewarnai ruang lingkup proyek misalnya menentukan kerangka kerja dan fokus pelaksanaan. Jika kerangka kerja diprakarsai oleh pembuat keputusan, proyek biasanya bersifat substantif, yang menghantarkan pada perubahan yang nyata, dengan sebuah sistem relevan bagi suatu proyek yang didefinisikan secara jelas dalam Span of control dari pengambil keputusan. Penjabaran filosofis yang relevan dibuat oleh pengambil keputusan. jika diprakarsai oleh peran yang lain, biasanya ruang lingkupnya bersifat deskriptif. Pemrakarsa lebih cenderung menggunakannnya sebagai sarana mendidik atau mengajak pelaku lainnya dari situasi permasalahan atau berbuat sesuai dengan pemilik masalah.
Pemilihan sistem relevan yang tepat bagi suatu proyek beserta penjabaran filosofisnya mungkin lebih bermasalah lagi dan berpeluang menjadi kontroversi. Setidaknya analis permasalahan cukup jelas dengan peran dari bermacam-macam pelaku dalam situasi permasalahan yang dipelajari, Proyek bisa saja berada dalam alur yang salah semenjak awal mulanya. Hal tersebut bisa terjadi tanpa harus mengatakan bahwa analis harus berusaha mengerti situasi permasalahan melalui pandangan relevan dari sponsor maupun diri mereka sendiri.

TINJAUAN DARI METODOLOGI OR/MS
Pada dasarnya ada 11 langkah dalam metodelogi OR/MS. Dari 11 langkah tersebut dapat di kelompokan menjadi 3 kategori utama yaitu (1) formulasi, (2) medeling, (3) implemantasi
Beberapa proyek OR/MS yang berhasil akan melalui tiga tahapan:
1. Formulasi masalah
2. Pemodelan matematis ( Pemodelan )
3. Implementasi hasil rekomendasi.

Metodologi OR/MS
Sebelas langkah dalam Modeling OR/MS adalah sebagai berikut :
Formulasi
1. Meringkas situasi permasalahan.
2. Mengidentifikasi masalah untuk dianaliasa.
3. Mengambarkan sistem yang relevan.
Pemodelan
4. Membangun suatu model matematika. (Usulan Proyek)
5. Mencari solusi yang sesuai.
6. Pengesahan dan tes kemampuan.
7. Analisis kepekaan solusi. (Laporan Proyek)
Implementation
8. Merencanakan implementasi.
9. Menetapkan kendali atas solusi.
10. Implementasi solusi. (Dokumentasi & Milik)
11. Solusi tindak lanjut. (Audit Solusi)

TAHAPAN FORMULASI MASALAH
Langkah pertama- menyimpulkan situasi permasalahan- dengan mengartikan rich picture.Rich picture membantu kita mengidentifikasi permasalahan- lankah kedua formulasi masalah. Langkah ketiga, kita gunakan pendekatan proses untuk mengidentifikasi struktur, proses transformasi, komponen-komponen, input-input, dan output dari sitem relevan yang digabungkan dalam diagram pengaruh.

EMPAT ELEMEN DARI MASALAH
1. Pembuata keputusan
2. Tujuan pembuat keputusan
3. Ukuran kinerja
4. Aksi (tindakan) alternatif atau variabel keputusan dalam mencapai tujuan

Kompleksitas dari Pendefinisian Masalah
salah satu kesulitan pada tahap ini adalah adanya ketidak sesuaian dari peran pengawas. Mungkin saja pengambil keputusan menjadi samar/ragu terhadap tujuan yang berimbas pada nilai standar kerja. .Pada aplikasi nyata kebanyakan komunikasi masalah tidak bisa diperoleh melalui satu kali menjalankan tiga tahapan.
Identifikasi permasalahan sistem selalu menarik untuk dikaji, akan tetapi keterbatasn dana dan waktu sebagai kompensasi penelitian bisa saja menjadi batu sandungan, untuk itu dalam sebuah penelitian peran sponsor sangat besar. Proses pencarian sponsor biasanya dimulai dari pembuatan proposal proyek yang berisi ide segar dari seorang analis.

Proposal Proyek
Proyek proposal merupakan bagian kerja yang paling mudah untuk dikritisi pada bidang apapun, kejelasan dalam presentasi akan sangat berpengaruh terhadap diterima atau ditolaknya proposal. Potensi kesulitan yang akan dihadapi yang dapat menggelincirkan proyek sebaiknya didiskusikan secara terbuka dan membuat kejelasan tentang tanggung jawab terhadap setiap tugas.

Perkiraan Untung dan Rugi Proyek
Sebuah proyek akan dipertimbangkan berdasarkan apakah sebanding dengan biayanya dan apakah harapan sponsor dapat terpenuhi. Proyek komersil sangatt berkaitan dengan soal untung dan rugi sehingga ekspresi yang digunakan adalah uang. Analis harus sepenuhnya memprediksi keuntungan yang akan diperoleh, sehingga memerlukan penyederhanaan model dari proyek. Hal ini dapat digunakan untuk menghitung perkiraan keuntungan sehingga memberikan gambaran yang baik dan mudah dalam memperkirakan biaya proyek.
Bagaimanapun juga seorang analis semestinya secara serius memikirkan usaha dalam memprediksikan keuntungan proyek bukannya hanya menebak-nebak saja. Hal ini mungkin akan memerlukan pengembangan dari sebuah model yang disederhanakan guna memperkirakan sistem operasi yang ditawarkan.

Format Proposal Proyek
Pola dalam penulisan usulan proyek adalah sebagai berikut :
  1. Suatu statemen pengantar tentang latar belakang dari proyek, konteksnya dan tujuan serta bagaimana itu terjadi.
  2. Sebuah ringkasan eksekutif menyangkut rekomendasi.
  3. Sesuatu yang lebih terperinci tentang sebuah pernyataan menyangkut situasi masalah dan isu perhatian yang mengenali dan memotivasi pendekatan analisa yang diusulkan. Karena isu kompleks adalah sebuah gagasan yang baik yang meliputi suatu versi yang disederhanakan tetang banyak gambaran, serta membuang keterangan detail yang tidak relevan dan apapun aspek pribadi yang sensitif.
  4. Suatu ringkasan bukan uraian yang teknis dari langkah-langkah utama dari analisa secara teknis dengan baik yang memotivasi dari pemasukan ringkas yang tidak jelas.
  5. Daftar format dan jenis data dengan sumber yang bisa dipercaya.
  6. Suatu pernyataan kualitatif tentang sifat asli dan manfaat yang diperoleh dari proyek dan format yang mungkin dihasilkan.
  7. Daftar sumber daya yang sebagian besar masukan waktu oleh analis masalah dan staf lain, mencakup sumber daya dari pemilik masalah, dan dana diperlukan untuk membawa proyek ke dalam sebuah penyelesaian yang sukses.
  8. Dalam merinci suatu daftar waktu seharusnya terkait dengan waktu penyelesaian proyek yang menyangkut langkah-langkah utama seperti yang diusulkan.
  9. Suatu pertanyaan sebagai alat bukti pendukung yang menyangkut kemampuan atau wewenang dan kemampuan dari menganalisis proyek dan anggota regu proyek lain untuk menyelesaikan proyek seperti yang diusulkan.
  10. Suatu pernyataan berhapan dengan aspek kerahasiaan data seperti apakah data yang kemungkinan akan dipindahkan dari penempatan sumber atau yang lainnya.


TAHAP PEMODELAN MASALAH
Tahapan modeling ini dimulai dari langkah yang ke-4 yaitu pernyataan uraian sistem dalam terminology kuantitatif. Hal ini, memnita adanya cara mengembangkan sebuah spreadsheet untuk hubungan yang kuantitatif dari berbagai variabel sistem dan mungkin saja berguna untuk influence diagram ke dalam satu set hubungan matematika antara variabel dan aspek kuantitatif dari sistem yang mengukur tercapainya keluaran sistem yang diinginkan.
Langkah ke-5 adalah menggunakan model yang kuantitatif ini untuk menyelidiki perubahan-perubahan pencapaian yang tidak dapat dikendalikan dan dapat atau tidak dapat diawasi, yaitu ruang solusi. Tujuannya adalah akan ditemukan solusi yang lebih disukai dalam kaitanya dengan masalah kepemilikan secara obyektif, jika pemilik masalah lebih tertarik pada satu sasaran yang utama saja. Sebagai contoh ukuran pencapaian solusi optimal adalah laba yang maksimal.
Langkah ke-6 menetapkan kredibilitas model. Langkah ke-7 adalah memberikan paparan perubahan secara sistematis bagaimana akibat dan bagaimana solusi optimal dipengaruhi secara individual atau bersamaan oleh berbagai input yang tidak dapat dikendalikan yang masuk kedalam sistem, jika telah terjadi kesalahan dalam memasukkan nilainya.
Pada tahapan akhir dari fase pemodelan, seorang analis mempersiapkan laporan proyek yang mendetail mengenai analisis yang digunakan dalam laporan proyek dengan menghindari penggunaan bahasa OR/MS

TAHAP PENERAPAN
Pada tahap ini suatu proyek masuk pada tahapan akhir, pada bagian ini dimulai dari langkah ke-8 yaitu menyampaikan suatu rencana yang terperinci mengenai berbagai tugas implementasi, tugas individu dan susunan jadwal untuk koordinasi.
Langkah ke-9 adalah menetapkan prosedur untuk memelihara dan menetapkan kendali atas solusi yang direkomendasikan itu. Sebagai contoh, untuk menetapkan seberapa luas nilai-nilai berbagai masukan yang tidak dapat dikendalikan terhadap solusi yang sekarang dan prosedur-prosedur yang tepat untuk memperbaharui solusi ketika masukkan yang ada berada pada cakupan luar.
Langkah ke-10 adalah membuat perubahan yang diperlukan dari operasi yang sekarang ke operasi yang diusulkan. Persiapan tentang dokumentasi yang lengkap menyangkut model perangkat lunak yang dikembangkan bagi penggunanya, dan membentuk suatu bagian yang integral menyangkut proses implementasi.
Langkah ke-11 adalah mengubah solusi baru telah untuk digunakan adalam jangka waktu yang sesuai dan melaksanakan sauatu audit menyangkut solusi. setelah solusi baru dibuat pada periode tertentu, analis hendaknya mengecek dan mengaudit ulang solusi

SIFAT DARI PROSES OR/MS
Variasi langkah biasanya diprakarsai dalam bentuk pengurutan, akan tetapi setiap langkah sangat mungkin akan melompati cara kerja tertentu dan menjadi langkah berikutnya. Pemilihan model matematis yang paling sesuai hendakanya dipengaruhi oleh seberapa besar biaya yang diharapkan dari pengembangan secara terperinci.

Proses Iteratif
Metodologi bersifat iteratif. Artinya seorang analis mungkin akan mengulang ke langkah sebelumnya serta memodifikasi bagian yang sudah pernah dikerjakan. Jarang ada suatu proyek mengalami semua tahapan tanpa kembali pada tahap sebelumnya dalam sebuah analisis. Analis pada beberapa kesempatan mencoba mencari tahu kesulitan potensial pada tahap selanjutnya dan mungkin akan kembali pada langkah sebelumnya untuk suatu perubahan. Sehingga sangat penting keberadaan Dokumentasi Proses, karena Selama seluruh fase dilalui, sangatlah krusial untuk mencatat semua asumsi dan penyederhanaan yang dibuat dan semua data yang digunakan termasuk sumber daya

METODE ILMIAH DAN PROSES OR/MS
OR/MS sering kali berkaitan dengan aplikasi metode ilmiah atau pemecahan masalah .Salah satu alasan utama dari penggunaan metode ilmiah adalah sifat alami sains untuk mendapatkan pengetahuan yang berkembang sesuai disiplin ilmunya.

Prinsip-prinsip dasar Ilmiah
1. Apakah semua asumsi yang penting dari model telah diidentifikasi?
2. Apakah telah diverifikasi bahwa data tersebut tidak bermasalah sesuai dengan pengetahuan teoritis 
    yang memadai?
3. Apakah didukung oleh observasi empiris mengenai sistem yang dimodelkan?
4. Apakah sensitifitas perilaku model untuk mengubah asumsi-asumsi ini dan input data yang
    digunakan telah diperiksa?
5. Apakah perhatian serius pada verifikasi dan validasi model telah dibangun contohnya dengan
   menguji apakah model mampu menghasilkan perilaku sistem yang memuaskan bedasarkan data
   historis?

Pengumpulan Data
Sebuah data mungkin tidak tersedia dalam bentuk yang diperlukan sehingga sangat penting bagi seorang analis mengemukakan sedini mungkin, jika data terlewatkan atau tidak tersedia dalam bentuk yang bermanfaat maka analis harus memulai mengumpulkan data dalam bentuk yang diperlukan. Ada kalanya data yang diambil merupakan data observasi yang memerlukan wawancara yang memerlukan beberapa teknik khusus diantaranya adalah dengan menggunakan perekam suara, jika diperkenankan dan tulislah semua data yang diperoleh dengan segera. Pencarian informasi melalui wawancara tergantung kemampuan dasar seorang analis.

Minggu, 08 April 2018

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS, MATERI KULIAH 6


TEKNIK KONVENSIONAL
Pengertian konvensional adalah segala sesuatu yang sifatnya mengikuti adat atau kebiasaan yang umum dan lazim digunakan, dengan demikian definisi konvensional adalah suatu bentuk atau atau sifat untuk hala hal yang norma, biasa dan mengikutu cara yang diterima secara umum.
Menrurut Wignjosoebroto, 2000 : From to chart (FTC) adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. From to chart merupakan adaptasi dari mileage chart yang umumnya dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), sehingga menunjukan total berat beban. From to chart (FTC) kadang-kadang disebut sebagai trip frequency chart atau Travel Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana banyak items yang mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-lain. Pada dasarnya from to chart adalah merupakan adaptasi dari “mileage chart” yang umumnya dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), angka-angka yang terdapatt dalam suatu from to chart akan menunjukan total dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahanbahan, volume atau kombinasi-kombinasi dari factor-faktor ini.
From to chart (FTC) adalah salah satu kebanyakan teknik sekarang ini yang digunakan dalam layout dan kerja tranfor perusahaan, hal ini terutama membantu dimana kebanyakan catatan aliran melalui suatu tempat, seperti bengkel kerja, bengkel mesin besar, kantor atau fasilitas lain (Harahap, 2006).
From to chart juga dikenal sebagai travel chart atau cross chart, umunya terdiri dari besaran-besaran aliran material antara dua bagunan departemen atau mesin. Peta from to chart memberikan informasi mengenai jumlah perjalanan material handling antara dua pusat aktifitas dan total jarak material handling. Flow to chart dibagi menjadi dua yatu from to chart inflow dan from to chart outflow. From to chart inflow merupakan koefisien atas ongkos pada from to chart dilihat dari ongkos yang masuk ke suatu mesin. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam perhitungan untuk from to chart inflow (Harahap, 2006).
Pengertiaan dari FTC In-Flow dan FTC Out-Flow, From to chart in-flow adalah suatu koefisien atas ongkos pada flowchart, dilihat dari ongkos masuk dari suatu mesin. Sedangkan untuk from to chart out-flow adalah suatu koefisien atas ongkos pada flowchart dilihat dari ongkos keluar dari suatu mesin ( http://rezapermanablogs.blogspot.com/2011/11/ftc.html).

Tahapan
1. Rencanakan Pusat Kegiatan atau Fasilitas yang Dibutuhkan
2. Lakukan Penilaian Tingkat Hubungan antar Fasilitas
3. Rangkum dalam Work Sheet
4. Siapkan Block Template
5. Siapkan Total Space Requirement Sheet
6. Siapkan Area Template
7. Rancang Block Layout Menggunakan ARD
8. Siapkan AAD

ACTIVITY RELATIONSHIP CHART
Dalam industri pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan atau aktivitas yang menunjang jalannya suatu industry, aktifitas atau kegiatan antara masing-masing bagian yang menggambarkan penting tidaknya kedekatan ruangan...Aktifitas atau kegiatan tersebut tersebut dapat berupa aktivitas produksi, administrasi, assembling, inventory, dll Oleh karena itu dibuatlah suatu peta hubungan aktifitas, dimana akan dapat diketahui bagaimana hunbungan yang terjadi dan harus dipenuhi sesuai dengan tugas-tugas dan hubungan yang mendukung.
Teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktifitas yang ada adalah Activity Relationship Chart atau Peta Hubungan Kerja

Teknik ARC
Teknik penganalisaan menggunakan ARC dikemukakan oleh Richard Muthe, adalah sebagai Hubungan antar aktifitas ditunjukkan dengan tingkat kepentingan hubungan antar aktifitas tersebut yang dikonversikan dalam bentuk huruf dan warna:


Alasan Tingkat hubungan
Keterkaitanproduksi : urutan aliran kerja, mempergunakan peralatan yang sama,
menggunakan catatan yang sama, menggunakan ruang yang sama, memudahkan pemindahan bahan.
Keterkaitan pegawai, : menggunakan pegawai yang sama, pentingnya hubungan, derajat hubungan kepegawaian, jalur perjalanan normal, kemudahan pengawasan, melaksanankan pekerjaan serupa, disukai pegawai, perpindhan pegawai, perpindahan pegawai, kebutuhan pribadi.
Aliran informasi, : menggunakan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, menggunakan alat komunikasi yang sama.
Alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan dalam penyusunan ARC


Contoh :
Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya maka hubungan antar aktivitas tersebut dibuat kedalam kertas kerja (work sheet) yang dibuat sebagai berikut :
Misal Pusat-pusat kegiatan tersebut adalah
• Gudang Bahan Baku,
• Gudang Produk Jadi,
• Departemen Pemotongan,
• Departemen Perakitan,
• Kantor,
• Kantin,
• Pembangkit Listrik
• Penampungan Limbah.

Alasan Penilaian

Activity Relationship Chart

Worksheet

Block Template
Activity Relationship Diagram (ARD)
Menurut Sritomo (2003), Tabel Skala Prioritas (TSP) adalah suatu tabel yang menggambarkan urutan prioritas antara dpartemen atau mesin dalam suatu lintas atau layout produksi. Pada pembuatan tabel skala prioritas (TSP) ada beberapa tujuan pembuatan dalam pembuatan tabel skala prioritas dan tujuan dari pembuatan tabel skala prioritas adalah sebagai berikut:
Menurut Sritomo (2003), ARD adalah diagram hubungan antar aktivitas (departemen atau mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan, sehingga diharapkan ongkos handling minimum. Dasar untuk membuat ARD yaitu TSP, jadi yang menempati prioritas pertama pada TSP harus didekatkan letaknya lalu diikuti prioritas berikutnya. Area pada ARD diasumsikan sama, baru pada revisi disesuaikan berdasarkan ARD lini dan areanya sesuai dengan luas masing-masing aktivitas yang diperkecil dengan skala tertentu. Adapun keuntungan pembuatan ARD ini adalah:
• Pembagian wilayah kegiatan yang sistematis.
• Memudahkan proses tata letak.
• Meminimumkan ruangan yang tidak terpakai.
• Menterjemahkan perkiraan area ke dalam suatu peraturan pendahuluan dalam bentuk yang dapat dilihat.
• Memberikan perkiraan luas letak.
• Menjamin ruangan yang cukup.dasar bagi perencanaan selanjutnya.
Berikut ini adalah Gambar Allocation Relationship Diagram (ARD):


Total Space Requirement Sheet

Area Template
Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang telah dibuat.
Informasi yang dapat dilihat pada Template :
• Tata letak kantor dan peralatannya
• Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah raga, dan lain-lain.
• Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling, shipping.
• Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping
Template yang dibuat akan memperlihatkan. Unsur-unsur tersebut meliputi :
• jumlah bangunan, fasilitassemua unsur-unsur yang terdapat dalam pabrik,
• jumlah mesin,
• jumlah operator,
• hingga seluruh aliran bahan atau komponen yang digunakan dalam proses produksi.
Pembuatan template tidak dapat dilakukan dengan sesuka hati, semuanya didasarkan pada analisa-analisa ataupun perhitungan yang telah dilakukan. Peletakkan bangunan ataupun ruangan juga didasarkan pada ARC. Tidak hanya itu, aliran bahan juga harus didasarkan pada peta proses operasi. Peletakkan dari fasilitas yang adapun juga didasarkan pada analisa ARC. Sehingga dalam pembuatan template tidak dapat dilakukan dengan cara sesuka hati tanpa alasan apapun. Template digunakan sebagai acuan untuk pembuatan maket. Maket merupakan gambaran nyata dari template yang telah dibuat


Area Alocation Diagram (AAD).
Area Alocation Diagram merupakan lanjutan dari ARC. Dimana dalam ARC telah diketahui kesimpulan tingkat kepentingan antar aktivitas dengan demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada juga sebaliknya. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut ditentukan dalam bentuk Area Allocation Diagram.
Area Allocation Diagram (AAD) adalah suatu gambaran dari tata letak produksi yang sebenarnya dan memuat alokasi dari mesin dan produksi, beserta storage, range cost, receiving, shipping, dan lain-lain.
Adapun dasar pertimbangan dalam prosedur pengalokasian area adalah sebagai berikut
• Aliran produksi, material, peralatan
• ARC, informasi aliran, aliran personil, hubungan fisikal
• Tempat yang dibutuhkan
• ARD
Area Allocation Diagram (AAD) merupakan template secara global, informasi yang dapat dilihat pada AAD hanya pemanfaatan area pabrik dan perkantoran saja, sedangkan gambaran visualisasi secara lengkap dapat dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan.
AAD merupakan gambaran dari template untuk luas bangunannya tanpa adanya aliran bahan dari seluruh komponen yang digunakan dalam proses produksi. Pembuatan template harus disesuaikan pada AAD yang telah dibuat. Salah satu tujuan dari pembuatan AAD ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai template yang akan dibuat, selain itu untuk mengantisipasi kesalahan yang mungkin saja terjadi dalam pembuatan template.

Senin, 02 April 2018

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS, MATERI KULIAH 5

PERENCANAAN DAN POLA ALIRAN BAHAN
Pola aliran akan berdasarkan pada keseluruhan pola dalam aliran produksi dari awal proses produksi (penerimaan bahan baku) sampai dengan proses akhir (produk jadi). Secara umum Pola aliran bahan akan dapat dikelompokan dalam dua tipe yaitu pola aliran bahan untuk proses produksi dan pola aliran bahan untuk proses perakitan.
Pola aliran bahan akan tergantung pada beberapa faktor sbb : Area luasan yang tersedia, Dimensi dari lantai yang tersedia, Luas area yang diperlukan untuk setiap fasilitas produksi, hal sebagi dasar pengembangan perencanaan tata letak fasiltas harus mempertimbangkan :
1. Analisa Produk Menganalisa macam dan jumlah produk yg harus dibuat dengan menggunakan pertimbangan kelayakan teknis dan ekonomis.
2. Analisa Proses Menganalisa macam dan urutan proses pengerjaan produksi yg telah ditetapkan utk dibuat.
3. Sigi dan Analisa Pasar Mengidentifikasi macam dan jumlah produk yg dibutuhkan oleh konsumen. Informasi ini digunakan utk menentukan kapasitas produksi yg berikutnya dapat memberi keputusan tentang banyaknya mesin dan fasilitas produksi yg diperlukan.
4. Analisa Macam dan Jumlah Mesin/Equipment dan Luas Area yg Dibutuhkan Dengan memperhatikan volume produk yg akan dibuat, waktu standard, jam kerja dan efisensi mesin maka jumlah mesin dan fasilitas yg diperlukan (juga operator) dapat dihitung. Utk selanjutnya luas area, stasiun kerja, kebutuhan area, jalan lintasan dapat di tentukan agar proses berlangsung dengan lancar
5. Pengembangan Alternatif Tata Letak Sebelum menentukan tata letak terbaik yg harus dipilih, terlebih dahulu dilakukan pengembangan alternatif dengan mempertimbangkan :
• Analisa ekonomi yg didasarkan macam tipe layout yg dipilih
• Perencanaan pola aliran material yg hrs berpindah dari satu proses ke proses berikutnya
• Pertimbangan yg terkait dengan luas area, kolom bangunan, struktur organisasi dll
• Analisa aliran material dengan memperhatikan volume, frekwensi dan jarak perpindahan material shg diperoleh total biaya yg paling minimum
6. Perancangan Tata Letak Mesin dan Departemen Dalam Pabrik Hasil analisa thd layout dipakai sebagai dasar pengaturan fasilitas fisik dari pabrik dan pengaturan departemen penunjang,

Perencanaan Pola aliran bahan dikelompokan menjadi empat tipe yaitu :
PRODUCT PLANNING LAYOUT
• Pola Aliran untuk proses produksi satu atau beberapa variasi produk yang similar dalam jumlah atau volume yang besar (Produksi Massal).
• Mesin dan fasilitas disusun menurut prinsip “machine after machine”
• Produk dikerjakan sampai selesai didalam departemen tsb tanpa harus berpindah ke departemen lainnya.
• Proses perpindahan bahan dapat diatur lebih mudah agar menjadi lebih pendek dan proses pegawasan aktivitas produksi juga lebih mudah.

PROCESS PLANNING LAYOUT
• Mesin dan peralatannya ditempatkan menurut kesamaan proses atau fungsi kerja mesin. Misal : kelompok mesin frais, kelompok mesin stamping, dll
• Umumnya dipergunakan memproduksi produk yang prosesnya bervariasi atau tidak standard.
• Umumnya jumlah produk yang dihasilkan sedikit dengan type atau model produk yang bervariasi pula.

PRODUCT FAMILY LAYOUT
• Semua produk atau komponen dikelompokkan berdasarkan kemiripan proses produksi dan ditempatkan dalam sebuah “manufacturing cell”
• Didasarkan pada pengelompokan produk atau komponen (product family) berdasarkan kesamaan proses secara umum ataupun khusus.
• Penyusunan mesin berdasarkan proses dari masing-masing kelompok produk.
• Aliran bahan akan lebih pendek dan lancar
• Mesin berfungsi banyak atau general purpose banyak dipergunakan pada type layout ini

FIXED MATERIALS LOCATION LAYOUT
• Material atau Komponen utama akan tinggal tetap pada suatu lokasi dan fasilitas kerja (mesin, tools), manusia dan komponen pelengkap akan bergerak mendekati material atau komponen utama.
• Perpindahan material dapat dikurangi sependek mungkin.
• Fleksibilitas kerja sangat tinggi karena fasilitas-fasilitas produksi dapat diakomodasikan untuk mengantisipasi perubahan – perubahan dalam rancangan produk.


Pola Aliran Bahan Untuk Proses Produksi
Straight Line atau pola aliran lurus ( I Flow)
• Proses yang berlangsung singkat
• Proses produksinya relatif sederhana
• Item tunggal/sedikit, jumlah produksi yang besar.
• Pola aliran bahan ini akan memberikan :
• Jarak perpindahan yang pendek antar proses.
• Proses berlangsung lurus sesuai urutan mesin
• Jarak perpindahan bahan total akan kecil

Serpentine atau zig-zag (S Flow)
Pola aliran seperti huruf “S” diatas sangat baik diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan panjang area yang tersedia. Untuk itu aliran bahan dibelokkan untuk mengurangi panjangnya garis aliran yang ada.
Level Aliran Bahan

Pola aliran menyerupai huruf “U” (U Flow)
Pola aliran ini dipakai bilamana dikehendaki akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksi. Hal ini meningkatkan pemanfaatan fasilitas transportasi dan mudah untuk mengawasi keluar masuknya material dan produk jadi. Aliran perpindahan bahan relatif panjang

Circular (O Flow)
Pola aliran circular ini sangat baik diterapkan pada proses yang mengkehendaki pengembalian material atau produk jadi pada titik awal produksi. Pola ini juga dapat diterapkan pada proses yang menempatkan proses penerimaan bahan/material dan pengiriman barang jadi pada area yang sama.

Odd Angle
• Tujuannya adalah untuk memperoleh garis aliran produk melewati suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.
• Proses perpindahan bahan (Material handling) secara mekanik.
• Terbatasnya ruang dan dikehendaki adanya pola aliran yang tetap

POLA ALIRAN MENURUT KELUAR-MASUK BAHAN

POLA ALIRAN YANG BERSILANGAN

Pola aliran bahan untuk proses perakitan (Assembly)
Combination Assembly Line Patern
Pada pola aliran ini main assembly line akan disupplai dari sejumlah sub-assembly atau part line. Sub-assembly berada pada sisi yang sama.

Tree Assembly Line Patern
Sub-assembly line akan berada pada kedua sisi dari aliran main assembly. Biasanya pada penerapan pola aliran ini, main assembly akan berada ditengah bagian pabrik

Dendretic Assembly Line Patern
Pola ini akan lebih tidak teratur dibanding dengan pola aliran sebelumnya. Pada pola aliran ini, setiap bagian berlangsung operasi sepanjang lintasan produksi, menuju proses produksi yang lengkap untuk proses assembling.

Overhead Assembly Line Patern
Pola aliran ini merupakan model pola aliran untuk lantai produksi yang lebih dari satu lantai.

LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN ALIRAN BAHAN
1. Identifikasi seluruh elemen yang akan bergerak mengalir melalui mesin dan fasilitas produksi yang ada (Material, Skrap/Waste, Tenaga Kerja, Mesin, Informasi)
2. Kumpulkan semua data yang diperlukan untuk tiap elemen (Production Routing, Bacam dan banyaknya Skrap/Waste, Gerakan perpindahan personil, Data teknik mesin dan peralatan)
3. Amati sekali lagi dengan seksama urutan proses pengerjaan
4. Perhatikan faktor – faktor yang berkaitan erat dengan aliran elemen produksi lainnya (Karakteristik bahan, peralatan pemindah bahan, gerakan operator, jenis lintasan dan dimensinya, bentuk bangunan, dll)
5. Rancang beberapa kemungkinan pengaturan yang sesuai untuk fasilitas produksi, proses perakitan, dll
6. Lakukan analisa teknis untuk memilih alternatif aliran dan penempatan fasilitas produksi