Sabtu, 23 Mei 2009

PRODUKTIVITAS DENGAN EER

Menjelaskan tentang konsep produktivitas dari sudut pandang efficiency dan efectiveness, diawali lebih dahulu dengan pengertian konsep produktivitas lebih dahulu, karena membicarakan masalah produktivitas akan muncul situasi paradoksial ( bertentangan ) karena dari beberapa literatur yang pernah membahas tentang produktivitas belum ada kesepakatan umum tentang maksud dan pengertian produktivitas serta kriterianya, dalam mengukur petunjuk-petunjuk produktivitas. Dalam doktrin pada konferensi Oslo tahun 1984: tercantum definisi umum produktivitas semesta yaitu ; produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber – sumber riil yang makin sedikit. produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber – sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi.
Dengan demikian konsep produktivitas dari sudut pandang eficiency dan efectiveness harus mengikut sertakan pendayagunaan secara terpadu antara, sumber daya manusia dan ketrampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar mutu suatu produk.
Terkait dengan permasalahan tersebut maka perlu di sampaikan bahwa penggunaan sumber daya manusia, modal dan teknologi secara ektensif telah banyak ditinggalkan orang, pola ini bergeser menuju penggunaan secara intensif dari semua sumber ekonomi Sumber ekonomi yang digerakan secara efektif memerlukan ketrampilan organisasi dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi, Artinya hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah. Melalui perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga dan bebagai input lainnya akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak yang bisa dihemat, sehingga tenaga dapat dikerahkan secara efektif dan pencapaian tujuan usaha bisa terselenggara dengan efektif dan efisien.
Sehingga dengan demikian dapat digambarkan bahwa produktivita dari sudut pandang eficiency merupakan sejumlah keluaran ( output ) dibagi dengan sejumlah masukan ( input ), hal ini akan timpang apabila tidak didasari dari sudut pandang efectivenees yang menyoal tentang cara atau metode dalam mengahasilkan keluar atau pengertian ini dapat diperluas bahwa produktivitas tidak hanya didasarkan pada hal-hal yang bersifat tangible saja tapi juga harus mempertimbangkan hal-hal yang bersifat intangible debgan demikian rasional sebagai salah satu faktor intangible merupakan faktor muatan produktivitas yang tidak boleh ditinggalkan.
Kesimpulan, konsep produktivitas tidak hanya dipandang eficiency dan efektivenees tapi harus memakai formula EER yaitu Efficiency, Effektivenees dan Rasional,

Rabu, 20 Mei 2009

NASEHAT MBAH SUCIPTO...2

Malam Jum.at Legi, menurut penanggalan jawa di sasi suro, hujan gerimis tiada henti sejak saat menginjak magrib, saya berjalan seiring dengan mbah Cip, pulang dari langgar selesai mengikuti itstighotsah dan pengajian rutin jum'at legian, desa Muneng, Kecamatan Purwoasri, Kota Kediri, sampai diteras disambut suara kodok yang menyanyi sambung menyambung dengan suara tonggeret, menambah mirisnya hati dimalam ini.

'Ngantuk le' suara mbah Cip memecah kebekuan diantara kami, ' mboten mbah' jawaban terlontar dari bibir saya, yang sebenarnya bertolak belakang dari hati dan fisik saya yang sudah lelah, karena seharian mengerjakan tugas kantor yang menumpuk, tapi sebagai orang yang di didik dilingkungan aturan jawa, kadang ajaran jujur yang telah ditanamkan terpaksa harus dilanggar, hanya dikarenakan rasa sungkan dengan adanya unggah ungguh dalam hubungan antara wong sepuh dengan wong enom, dimana ada aturan dikeluarga kami ojo' sok mbantah wong tuwo sebagai orang muda saya hanya bisa berharap Mbah Cip lebih waskita melihat kondisi saya

"Yen ngantuk nggaweo kopi kono lho, mengko nek arep turu tak pijeti dhisik" lha..lha... betul kan! ternyata mbah Cip lebih waskita melihat kondisi saya, dengan semangat saya pergi ke dapur untuk membuat kopi, sedang Mbah masuk kamar, pasti ganti baju dengan seragam rumah, kaos oblong tipis cap swan dan sarung, saya sendiri heran kondisi cuaca apapun panas atau dingin pakaian beliau pasti ya... tetap itu, kelihatannya beliau tidak terpengaruh dengan kondisi cuaca.

Kopi panas tersaji, duduk berdua bersila diatas amben bambu, Mbah Cip mengawali prosesi jagongan malam ini dengan mencicipi kopi buatanku, "Alhamdullillah.. enak tenan kopine le, seperti ceramahe pak ustad tadi, sungguh mudah dicerna dan menghangatkan sanubari, mestine ceramah agama iku kudune yo ngono, wong ibadah iku ra' usah didendeni lan ora usah di iming-imingi pahala, ibadah iku kudune yo sarwa iklas lahir batin, Gusti Allah ora sare.....'"

Dalam hati saya coba merespon yang disampaikan mbah Cip, begitu sederhana ulasan beliau, tetapi mengandung makna yang luas, banyak orang yang datang ke pengajian dengan tujuan yang paling mendalam yaitu mencari pencerahan hidup, dan yang datang khususnya masyarakat pedesaan yang mempunyai kapasitas pengetahuan yang heterogen, maka pada posisi seperti ini sang ustad seharusnya tidak 'gebyah uyah' menyampaikan ceramahnya, karena kadang saya masih menemui sang ustad yang ceramahnya 'ngarab bles' artinya ceramahnya 80% memakai bahasa arab, bukan berarti saya bersikap dikotomis, tetapi saya hanya merasakan fakta yang ada bahwa kalau itu terjadi banyak peserta yang 'manggut-manggut' tapi tidak mengerti apa-apa... entah kenapa dia 'manggut-manggut'
"kok nglamun le..." suara mbah Cip, membangunkan saya yang tenggelam dalam pemikiran sendiri, ':mboten mbah.. saya sedang "nggulawentah ngendikan njenengan"
"ya... namanya orang hidup itu ya seperti itu, berpikir, berpikir dan berpikir, selama perut masih butuh makan pikiran juga butuh makan, mangkane yen weteng di isi sembarangan wetenge yo mesti loro, pikiran yo ngono le... yen di isi sembarangan yo..iso loro malah..malah iso gendheng..he...he..he"
"Tapi mbah perut pada saat tertentu kan harus puasa, apakah pikiran juga harus puasa ? lha kalau pikiran kosong......itu kan namanya 'ngengleng', alias genheng to..mbah'" saya agak sedikt membantah, senyum mbah cip semakin melebar mendengar pertanyaan saya.
"wah.. pancen pinter tenan kowe le...., yen pikiran kosong blong yo bener kandamu, tapi sing tak maksud kosong iku ra mikir babagan ndonya tapi mikiro babagan akherat, begitu juga kalau perut kosong blong yo.. dadine loro, wong poso iku kan ada batasnya, kamu ingat tidak waktu kecil sering nembang lagu sluku-sluku bathok ?" mbah cip balik bertanya. "itu kan lagu dolanan mbah" jawabku
"Begini....le" mbah Cip mulai agak serius, 'tembang Sluku-sluku bathok itu bukan sembarangan lagu....rungokno iki tak wedhar piwulang sing dikandhut saka tembang kuwi, sepisan Sluku-sluku Bathok, Bathoke ela-elo sluku itu artinya duduk posisi istirahat, bathok iku kepala sing biso diartikan otak utowo pikiran, ela-elo utowo gela-gelo artinya kepala bergerak kiri-kanan"
"Orang muda sekarang bilang gedhek, sehabis minum pil koplo itu ya...mbah" aku menyela penjelasan mbah Cip.

'"woooo...ngawur kowe le..!, wis tak teruske maneh.. Sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo itu mengandung arti pada saat tertentu manusia harus berhenti memikirkan tentang duniawi, istirahatkan pemikiran kita dari ruwetnya kehidupan sehari-hari nah.... pada saat istirahat itulah kita berusaha berpikir tentang Allah SWT dengan jalan berdzikir dengan mengingat segala kekuasaan Gusti Alloh, yang telah memberikan Rahmat, Barokah dan Hidayahnya kepada kita semua, mensyukuri segala karunianya. Si Romo menyang Solo, ngerti kowe le... artine ukoro iki ?"

'"Ngerti Mbah...Bapak pergi ke kota Solo... " dengan cepat saya menjawab pertanyaan mbah Cip

"Walah..walah.. Solokothok dengkulmu.., jangan diartikan sesederhana itu le... kalimat itu mengandung arti lebih dalam lagi, kalimat sebenarnya adalah sirama menyang Solo, artinya mandilah atau berwudhulah untuk kalimat sirama dari kata siram utowo adus, lalu untuk kalimat menyang solo, merupakan pengganti kalimat menyang sholat artinya berangkatlah sholat, dirikan sholat, dan sholat bukanlah sekedar kewajiban tapi sudah merupakan kebutuhan dari manusia yang merasa dirinya Islam. Bait berikutnya adalah Oleh-olehe payung mutho, iki... le kuncine wong urip, yen wis nglakoni sholat oleh opo? yo...dapat payung mutho, sing dadi perlambang kalau kita akan mendapatkan perlindungan dari Gusti Alloh, lha.. paribasan kalau Gusti Alloh sudah melindungi kita, maka tidak ada yang perlu ditakuti dalam mengarungi kehidupan, tapi juga jangan sembrono kita harus tetap lurus dijalanNya. karena apa yang terjadi nanti kita tidak tahu termasuk kapan kita 'dipanggil, hal ini digambarkan dengan kalimat selanjutnya yaitu mak Jenthit lho..lho..bah, kematian datang nya secara tiba-tiba tidak bisa direncakan, karena ini merupakan kekuasaan Gusti Alloh, maka dalam hidup kita harus benar-benar menyiapkan diri. Sebab kalau sudah mati kita ...sudah ndak bisa opo-opo, yang lalu tinggalah kenangan, untuk pengalaman buruk, menyesalpun tiada guna ! karena tidak ceriteranya orang mati bisa hidup lagi.....tangeh lamun... le...!"
Sayapun manggut- manggut meresapi apa yang dikatakan mbah Cip, beliaupun berhenti sejenak sambil menyeruput kopi kemudian menyalakan lagi sebatang rokok, saya pun sambil mengambil sebatang rokok, menyampaikan kepada pendapat kepada beliau "pitutur yang terakhir tadi di gambarkan pada kalimat wong mati ora obah...... yen obah medeni bocah....begitu ya.. mbah"
Mbah Cip tersenyum" lha...kuwi ...ya wis pinter ngono le... awakmu..betul itu, kalau selanjutnya kira-kira apa artinya...le...coba terangno!"
"Nggih...Nyuwun sewu sak derenge mbah....kalau kalimat berikutnya, yen urip goleko dhuwit, mengandung makna selama kita masih hidup kita harus bekerja, karena bekerja untuk mencukupi keluarga dan diri sendiri, termasuk sebagaian dari ibadah, ini sama dengan yang disampaikan pak ustad di pengajian tadi, saat kita bekerja, bekerjalah seakan kita hidup seribu tahun, tapi pada saat ibadah maka beribadahlah seakan kita besok akan dipanggil oleh Allah SWT, jadi kalau tidak salah mbah....menurut saya dalam hidup ini harus ada keseimbangan antara bekerja dengan ibadah dan keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan agar hidup kita tenteram, pernah saya membaca buku lama tentang olah kejawen yang membahas prisip hidup yang bernuansa jawa, dijelaskan dalam buku tersebut bahwa dalam hidup ini kita harus punya prinsip, Tatag, Teteg, Tutug, Tatag artinya, dalam hidup ini kita harus mempunyai kesiapan mental spiritual, karena dalam hidup kita tidak bisa lepas dari 'masalah' sehingga kemampuan kita menghadapi masalah, merupakan bentuk ketegaran diri, agar kita tidak gampang goyah atau terjatuh karena masalah tersebut, sedang Teteg, dapat dijabarkan sebagai bentuk keyakinan bahwa Alloh pasti melindungi kita seperti tembang sluku-sluku bathok yang diuraikan mbah Cip tadi...dan kita juga harus yakin bahwa segala usaha kita yang diridhoi Allah pasti mempunyai manfaat bagi orang lain, minimal terhadap diri sendiri, dan yang terakhir adalah, Tutug, mempunyai pengertian akhirnya kita sampai pada tujua, dengan penjabaran bahwa kita harus yakin tentang itu dan selalu fokus terhadap sesuatu yang ingin kita capai yaitu tentang kebenaran hidup....sekali lagi nyuwun sewu..mbah dan nyuwun duko kalau uraian saya....agak ngawur !
"Alhamdulillah.....wah..wah..wis pinter..pancen dasare guru, ditanya sedikit saja jawabannya panjang lebar...ora salah yang kamu jelaskan tadi, sing penting iso opo ora kowe nglakoni sing di omongke kuwi....he...he...he....he..." mbah Cip terkekeh-kekeh setelah mendengarkan omongan saya tadi.
Tiba-tiba terdengar suara sapi dikandang belakang rumah melenguh-lenguh, memecahkan kesunyian malam, "Wah.. Sapine ngelak...le...Wis kentekan banyu kiro-kiro, sudah kamu istirahat dulu, mbah Cip ke kandang dulu memberi minum sapinya"
"Nggih mbah ngestokaken dawuh...sak sampunipun ngringkesi gelas kopi, kulo bade istirahat rumiyin"
Mbah Cip Bangkit menuju kandang sapi, sayapun bernajak memberesi gelas kopi dan menaruhnya di dapur dan langsung menuju kamar tidur.... istirahat, lupa sudah harapan untuk dipjat mbah Cip karena mata ini rasanya sudah berat sekali ......................................

Rabu, 06 Mei 2009

IMAGE & INOVASI DALAM PERSAINGAN BISNIS

Persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, seiiring dengan pola keinginan konsumen terhadap produk semakin selektif, hal ini membawa dampak bagi para pelaku usaha untuk lebih kreatif untuk mengantisipasi tantangan yang muncul di masa krisis. Kreatif bermakna memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan;

Dengan demikian, apapun yang terjadi dalam dunia usaha, para pelaku harus mempunyai alternatif sebagai jalan keluar dari tekanan persaingan, dan diharapkan alternatif tidak satu karena kompetitor akan mempunyai pemikiran yang sama untuk mencari alternatif, Hal yang sangat penting dalam membuat alternatif adalah mendasarkan pada permasalahan pemasaran dan peningkatan kualitas produk. Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya yang hanya memasarkan produk secara maksimal saja tidaklah cukup untuk mencapai tujuan usaha, dan justru hal ini akan mengakibatkan kekalahan dalam persaingan.

Image merupakan hal penting dalam proses penjualan produk. Image menurut, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Departemen Pendidikan Nasional RI ) adalah Citra/grafik/gambar, suatu representasi keadaan visual sedangakan makna citra adalah rupa; gambar; atau gambaran; yg dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Dengan demikian konumen dalam membeli produk, akan sangat tergantung pada "pandanganpertama" tentang produk tersebut, hal ini dapat digambarkan untuk suatu produk yang sama tetapi dengan kemasan yang berbeda akan membawa dampak terhadap tingkat penjualan contoh tentang hal ini, ada suatu produk dari perusahaan yang sama produk tersebut dikemas biasa dengan alasan untuk konsumen kelas menengah kebawah dengan harga yang standar, tetapi sebagian dikemas dengan eksklusif dan mewah dengan sasaran untuk kelas menengah keatas ( eksekutif ) dan tentunya dengan harga yang klebih mahal, maka muncul efek tingkat penjualan untuk produk yang terakhir tersebut lebih tinggi, karena ada image bahwa mengkonsumsi produk tersebut maka konsumen akan merasa "wah" dalam arti dianggap sebagai manusia kelas "atas" ( eksekutif ).

Tidak kalah penting dengan image untuk meningkatkan tingkat penjualan produk maka kualitas perlu mendapatkan perhatian juga. Dalam meningkatkan kualitas perlu dimotivasi dengan ide dan semangat inovasi, Pengertian inovasi sangat luas tergantung sudut pandang yang digunakan. inovasi dapat diartikan 1 pemasukan atau pengenalan hal-hal yg baru; pembaharuan: ; 2 penemuan baru yg berbeda dr yg sudah ada atau yg sudah dikenal sebelumnya. Inovasi menurut uu no 18 2002 adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tg telah ada ke dalam produk atau proses produksi
Maka dapat dikatakan dalam memenangkan suatu persaingan, maka pelaku bisnis tidak boleh berhenti berpikir, berpikir dan berpikir dalam menemukan ide untuk melahirkan suatu inovasi dan memunculkan suatu produk yang lain dari pada yang lain dan ini harus diputuskan dengan langkah yang berani bahwa produk kita selalu beda dari produk lain dengan catatan kualitas produk harus terjamin sesuai dengan yang dikatakan dan pemasaran produk harus diatur dengan strategi yang baik, termasuk didalamnya masalah promosi ..................sebuah saran tentang promosi buatlah masyarakat atau konsumen selalu "penasaran" dengan produk kita ?
semoga sukses..........................

Selasa, 05 Mei 2009

NASEHAT MBAH SUCIPTO...1

Mbah CIip, panggilan untuk mbah Sucipto, adalah seorang lelaki tua dari sisi umur, 79 th, dari sisi fisik beliau masih bugar dan sehat, dengan segala kesederhanaannya beliau sering menasehati, . 'Hidup ndak perlu neko-neko' nasehat beliau menanggapi hiruk pikuk dan keaneragaman kehidupan masa kini, kemajuan zaman dan teknologi seakan tidak mempengaruhi prinsip hidup beliau, bahwa hidup ini harus 'sak madyo, anakku, putuku, buyutku elingo kowe kabeh, pituture wong luhur raden ngabehi ronggowarsito, jamane iki jaman edan, yen ra edan yo ra keduman, begja-begjane wong lali isih bejo wong kang kelingan" dengan fasih beliau menyampaikan nasehatnya untuk mengingatkan, agar anak, cucu dan cicitnya tidak terhempas oleh kekejaman zaman dan selalu ingat tentang hakekat kebenaran yang dilandasi pedoman kehidupan dan tidak lepas dari sendi-sendi agama serta tatanan hidup bermasyarakat dan ber negara

Mbah Cip, yang mudanya dulu seorang guru pencak silat didesanya, yang terkenal 'dugdeng' setiap kali diiminta anak cucunya untuk mengajari ilmu kanuragan selalu tersenyum sebelum menjawab permintaan tersebut, ;O..alaah..le, wis ora jamane, buat apa ilmu semacam itu, yen pingin sakti, mung loro modale, yaiku sekolah sing pinter lan jujur tingkah lakune, wis iku wae lakonono" memang sederhana sekali nasehat beliau, tapi kalu dipikir lebih mendalam memang jaman sekarang pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu lebih mendalami arti 'long live education' yang sering didengung-dengungkan, oleh orang-orang pinter tapi kenyataan yang ada di negara tercinta ini masalah pendidikan malah sering membikin masalah, sekolah gratis contohnya dimanipulasi menjadi kampanye kesuksesan sebagian golongan tertentu untuk kemakmuran golongannya sendiri, guru yang mempunyai peran utama dalam pembangunan manusia seutuhnya justru terpuruk, untuk sejahtera saja harus berjuang mati-matian, mulai dari demo untuk meng'goal'kan UU Guru dan Dosen, setelah berhasilpun untuk mendapatkan sekedar upahpun masih harus berjuang dengan sertifikasi segala ! lebih parah sertifikasi lulus, upahnya masih harus nunggu keputusan dari para 'petinggi negara' yang katanya banyak orang pinter.......wooalah piye to mbah iki ?

Dengan senyum khasnya Mbah Cip mengawali nasehatnya ' Yo.. ora piye-piye to le...sing sabar.. gusti Allah ora sare, sudah mbah katakan orang itu pintar saja tidak cukup, masih butuh modal kejujuran, jujur dengan diri sendiri termasuk jujur terhadap Gusti Allah SWT dan jujur terhadap sesama, 'insya Allah uripmu tansah tentrem donya akherat' Aminn mbah, para kerabat Mbah Cip mengamini, saya jadi teringat nasehat dari seorang bijak, Haji Djoko Adi Waluyo, yang lebih suka dipanggil sebagai 'Kaji Orong-orong' pernah mengatakan bahwa mata uang yang bersifat universal artinya mata uang yang bisa laku dan diterima diseluruh permukaan bumi adalah mata uang kejujuran, memamng dapat dibayangkan alangkah indahnya bila manusia penghuni bumi ini memiliki 'harta kejujuran'

Alam sendiri sebenarnya telah memberi pengajaran tentang kejujuran, kita ambil contoh hewan tidak akan makan melebihi kapasitas perutnya, tidak ada ceriteranya hewan melakukan manipulasi atau korupsi untuk diri sendiri, terserah bagaimana manusia menyikapi fenomena ini, yang jelas Allah telah memberi karunia kepada manusia berupa Akal budi yang seharusnya mampu untuk bersikap bijaksana.

'dos pundi mbah, menawi mekaten' anak cucu Mbah Cip serempak bertanya ingin mencari rujukan tentang masalah kejujuran tersebut. Kali ini senyum mbah Cip semakin melebar, ' wah..wah alhamdulillah ... anak putuku kok yo wis pinter kabeh, pancen bener sing di dawuhke Kaji orong-orong kuwi, jujur iku yen di omongke yo gampang nanging yen dilakoni yo butuh kesabaran, mulo jujur lan sabar dalaning dadi wong kang pinilih, Ngaji Al Qur'an iku becik le.. nanging ngajine Al Qur'an yen diterusne ngaji manungso iku luwih utomo, dadi anak putuku kabeh, yen sinau kepinteran iku yo kudu diamalke marang sapadha-padha, ojo d lek dewe, mengko wetenge iso tambah mblendung....he...he..he..he...'

Mbah Cip terkekeh tertawa menpakan beberap giginya yang sudah copot,melihat anak cucunya ribut berdiskusi tentang proses pembelajaran menambah ilmu pengetahuan dengan masalah kejujuran, dimana mbah Cip menambahkan tentang hubungan antara manusia dengan sang pencipta dan hubungan manusia dengan manusia, yang merrupakan pencerminan dari kejujuran terhadap diri sendiri an kejujuran terhadap sesama.
'Wis kono ndang pada turu, iki wis bengi.... sesuk wae diteruske' Mbah Cip menyela diskusi kami, setelah melihat salah satu cucunya sudah ada yang terkantuk-kantuk, kami semua mulai beranjak masuk kekamar masing-masing. 'Mbah Cip mboten sare' saya menawari beliau supaya juga ikut istirahat, beliau tersenyum sambil menjawab ' Mbahmu iki yen melek wis podo karo turu, tapi yen turu mbahmu iki mesti melek' saya terhenti melangkah mendengar jawaban beliau, dan bertanya 'Nopo malih niku mbah' penasaran ingin lebih tahu dengan ucapan beliau
'Wis ojo takon maneh, sesuk wae tak terusne, istirahat dulu biar bangun tidur bisa sehat' Mbah Cip menasehati setengah memerintah, saya melangkahkan kaki dengan tanda tanya tentang filsafat terakhir yang dikatakan beliau...................................
bersambung.........


Senin, 04 Mei 2009

ARTIKEL INOVASI PRODUK:


INOVASI PRODUK
DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENCAPAI PERFORMANCE EXCELLENCE BASED ON MBNQA


Oleh
Drs. RUSDIYANTORO ST, MT
Program Studi Teknik Industri

Orasi Ilmiah pada Sidang Terbuka Senat
Dalam rangka Yudicium tahun akademik 2008 / 2009
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI, UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
1 Mei 2009

1. PENDAHULUAN
Pada saat ini kompetisi pasar semakin meningkat, hal ini menuntut semua pihak untuk dapat menghasilkan produk atau jasa yang terbaik dalam memenangkan persaingan. Era globalisasi telah memaksa organisasi – organisasi untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas produk atau jasa untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.
Sehubungan dengan hal tersebut selain peningkatan kualitas maka diperlukan pula inovasi dalam proses pengembangan suatu produk atau jasa, ada beberapa hal yang perlu dipahami mengenai inovasi, karena pada saat muncul fenomena berkaitan dengan perubahan system produksi dimana inovasi seringkali dikatakan bukan technology push atau demand pull secara “ hitam-putih” yang tegas namun lebih merupakan proses diantaranya dan kombinasi keduanya
Walaupun inovasi muncul sebagai event yang mengubah sesuatu secara signifikan inovasi bukan merupakan kejadian sesaat dan/atau tidak terjadi atau muncul dengan sendirinya tetapi inovasi merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis (dan adakalanya terkesan sporadis) yang sering menunjukkan paradoks. Walaupun inovasi didorong oleh kompetisi (persaingan), inovasi tidak berkembang tanpa kerjasama (co-operation), adakalanya bahkan antara perusahaan yang saling bersaing. Inovasi tak lagi semata hanya bergantung pada bagaimana perusahaan, perguruan tinggi dan para pembuat kebijakan bekerja, namun pada bagaimana mereka bekerjasama
Dalam menciptakan produk berkualitas dan bersifat inovatif merupakan salah satu bentuk apresiasi perbaikan produk berkelanjutan, hal ini sebagai proses pengembangan produk yang terfokus pada konsumen. Oleh karena itu kualitas produk dan pengelolaannya dikaitkan dengan perbaikan berkelanjutan dilakukan oleh banyak perusahaan agar dapat mendorong peningkatan pasar dan memenangkan persaingan.
Untuk itu QFD ( Quality Function Deployment ) yaitu pengembangan produk dengan sistem penyebaran fungsi kualitas. Adalah metode dalam menggerakan hati nurani konsumen untuk merasa bahwa kebutuhan mereka sudah tersedia, dan imbal balik yang akan diambil dari nilai ini adalah sikap fanatis terhadap produk unggulan yang berorientasi Quality Function Deployment. Maka imbas terbesar dari fanatisme konsumen akan produk yang dibutuhkan pastilah dampak nilai komersial yang akan dihasilkan perusahaan.
Dalam memenangkan persaingan maka perusahaan tidak hanya tergantung pada peningkatan kualitas dan inovasi saja tapi juga memerlukan panduan manajemen yang baik untuk membuat sebuah perusahaan menjadi unggul, ekselen, atau kelas dunia maka dengan menggunakan panduan manajemen terbaik yaitu Malcom Baldrige Criteria for Performance Excelence ( MBCFPE ) diharapkan perusahaan mampu meraih Sertifikasi Performance Excelence yang berbasis MBNQA Criteria

2. QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ( QFD )
Quality Function Deployment ( QFD ) berasal dari bahasa Jepang Hin Shitsu Ki No Ten Kai, Hin Shitsu berarti kualitas, atribut atau feature ( Keistimewaan ) Ki No berarti fungsi atau mekanisme, dan Ten Kai, berarti penyebaran, difusi, pengembangan atau evolusi. QFD diteliti dan dikembangkan di Jepang pada permulaan tahun 1960-an oleh Profesor Shigeru Mizuno dan Yoji Akao, QFD mulai diperkenalkan di Amerika dan Eropa pada tahun 1983 dengan mengundang Yoji Akao untuk memberikan seminar di Chicago. Sampai saat ini QFD menimbulkan ketertarikan yang kuat di seluruh dunia dan menyebabkan timbulnya aplikasi baru.
Quality Function Deployment merupakan metodologi untuk menstrukturkan sistematika proses perencanaan dan pengembangan produk sehingga keinginan dan kebutuhan pelanggan dapat ditentukan dengan jelas, kemudian untuk mengevaluasi secara sistematik kemampuan produk/jasa yang telah ada dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. ( Lou Cohen , 1995)
Quality Function Deployment didefinisikan oleh Uselac ( 1995 ) sebagai : “Suatu praktek untuk mendesain proses-proses dalam suatu perusahaan untuk memberikan tanggapan kepada kebutuhan para konsumennya”.
Menurut MN. Nasution (2005) didefinisikan “Suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu kedalam kebutuhan teknis yang relevan, dimana masing-masing area fungsional dan tingkat organisasi dapat mengerti dan bertindak.”
Dari pendapat para pakar tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa Quality Function Deployment adalah sebagai suatu metode yang digunakan untuk merencanakan dan pengembangan produk yang berstruktur yang memungkinkan tim pengembang untuk menentukan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan jelas, dan mengevaluasi setiap produk yang diinginkan atau juga kapasitas pelayanan yang diberikan secara sistematis.
2.1 Manfaat Quality Function Deployment
Beberapa manfaat dari penerapan Quality Function Deployment
1. Meningkatkan keandalan produk
2. Meningkatkan kualitas produk
3. Meningkatkan kepuasan pelanggan
4. Memperpendek time to market
5. Mereduksi biaya perancangan
6. Meningkatkan komunikasi
7. Meningkatkan produktivitas
8. Meningkatkan keuntungan perusahaan

2.2 Struktur Quality Function Deployment
Struktur Quality Function Deployment adalah House of Quality (Rumah Kualitas) adalah sebuah pembentukan matriks perencanaan produk. Matrik ini terdiri dari beberapa ruang. Adapun contoh rumah kualitas dalam bentuk jadi dapat dilihat pada gambar berikut :


Gambar 2.1 : House of Quality

2.3 Tahap Perencanaan dan Persiapan
Tahap ini merupakan persiapan dalam melakukan dan mengimplementasikan QFD. Adapun topik kuncinya meliputi:

1. Menetapkan dukungan dari seluruh organisasi: Dukungan ini haruslah berasal dari pihak manajemen, fungsional, serta anggota team QFD yang terdiri dari berbagai skill.

2. Menentukan keuntungan yang mungkin didapat: beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh tim QFD antara lain untuk: 1) mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, 2) mengembangkan visi anggota tim secara umum dari suatu produk, mendokumentasikan seluruh keputusan dan asumsi-asumsi selama interpretasi secara ringkas dalam bentuk house of quality, 3) meminimalkan resiko pengulangan di tengah proyek, dan 4) mempercepat perancangan produk.

3. Memutuskan siapa konsumennya: Disini didefinisikan secara jelas siapa konsumennya, mengidentifikasi semua konsumen yang potensial, serta mengidentifikasi konsumen kunci. Untuk mengidentifikasi konsumen kunci ada beberapa cara: 1). Setiap orang langsung setuju, 2). Metode matrik prioritas, 3). Metode AHP

4. Menetapkan horizon waktu: Horison waktu perlu didefinisikan secara jelas dalam proses QFD untuk membantu menjaga perencanaan yang realistis.

5. Memutuskan cakupan produk: Cakupan ini berguna untuk mendefinisikan apa-apa saja yang ada di dalam dan apa saja yang tidak ada dalam pembahasan QFD. Dengan adanya cakupan ini akan membantu anggota team untuk mengabaikan data yang tidak relevan dan memperhatikan semua ide-ide dan data yang relevan.

6. Memutuskan team dan hubungannya dengan organisasi: Team QFD yang ideal seharusnya mencakup semua perwakilan dari semua fungsi yang ada dalam perusahaan yang meliputi sales&marketing, product design, supplier/purchasing, manufacturing engineering, manufacturing production, order processing dan service. Hal ini penting untuk kesuksesan dalam perancangan produk karena semua fungsi terlibat didalamnya.

7. Membuat jadwal pelatihan QFD

8. Melengkapi fasilitas dan materialnya: Selama melakukan proses QFD diperlukan beberapa fasilitas dan material yang akan mendukungnya yang meliputi: Lokasi, ruangan, bantuan komputer, dan material pendukung yang lain.

2.4 Tahap pengumpulan Voice of customer
Pada tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang tentu membutuhkan waktu dan ketrampilan untuk mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribut dari suatu produk atau jasa. Tiap atribut mempunyai data numerik yang berkaitan dengan kepentingan relatif atribut bagi konsumen dan tingkat performansi kepuasan konsumen dari produk yang dibuat berdasarkan atribut tadi.
Data dari konsumen dapat menunjukkan variasi pola hubungan yang mungkin tergantung bagaimana performansi kepuasan atribut dikumpulkan. Interpretasi data ini harus memperhitungkan apakah pelanggan yang di-survey menggunakan satu atau beberapa produk dan apakah sampel pelanggan terdiri atas seluruh pelanggan dari berbagai tipe atau segmen. Langkah-langkah pada tahap ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengklasifikasi kebutuhan pelanggan:Model klien menggunakan revealed importance dan stated importance tiap atribut untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan menjadi 4 katagori:
a. Kebutuhan yang diharapkan (expected needs): High stated importance dan Low revealed importance.
b. Kebutuhan impact rendah (low-impat needs): Low stated importance dan Low revealed importance.
c. Kebutuhan impact tinggi (high-impact needs): High stated importance dan High revealed importance.
d. Kebutuhan yang tersembunyi (hidden needs): Low stated importance dan High revealed importance.

2. Mengumpulkan data-data kualitatif
Untuk membuat keputusan perancangan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen maka produsen harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari konsumen. Produsen harus bisa membedakan kebutuhan konsumen sesungguhnya dengan solusi teknisnya. Untuk megumpulkan data kualitatif bisa dilakukan dengan: 1) Wawancara satu persatu, 2) Contexual Inquiry, dan 3) Wawancara focus grup.

3. Analisa data pelanggan
Proses analisa data pelanggan ini akan menghasilkan diagram afinitas, dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi frase yang mewakili kebutuhan konsumen dengan menggunakan pernyataan dari pengalaman konkrit. Pada proses pembuatan diagram afinitas pernyataan konkrit ini dikembangkan menjadi atribut konsumen pada tingkat yang lebih tinggi.
b. Pilih tingkatan untuk mewakili keinginan atau kebutuhan konsumen dalam rumah kualitas (house of quality).
c. Buat diagram Afinitas. Diagram afinitas merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang bersifat kualitatif dan terstruktur secara hierarkis (bottom up).
d. Mengurutkan frase-frase menjadi kebutuhan konsumen sesungguhnya (true customer need) menggunakan voice of customer table. Selama proses ini dikembangkan pertanyaan-pertanyaan, hal-hal yang harus dipecahkan dan ide-ide konsep produk.

4. Kuantifikasi data
Setelah diagram afinitas terbentuk maka langkah selanjutnya adalah mengkuantifikasi data. Data yang dibutuhkan untuk proses QFD adalah:
a. Kepentingan relatif dari kebutuhan-kebutuhan tersebut
b. Tingkat performansi kepuasan konsumen untuk masing-masing kebutuhan/keinginan

5. Afinity diagram
Dalam proses QFD, kebutuhan/keinginan konsumen diatur dalam diagram afinitas. Diagram afinitas digunakan untuk mengumpulkan dan mengorganisir fakta-fakta, opini dan ide-ide. Disamping itu juga memacu kreativitas yang mendorong ekspresi batas dari fakta dan opini serta kondisi perusahaan, mengelompokkan elemen-elemen informasi tersebut sesuai dengan kesamaan dan pertaliannya. Konstruksi diagram afinitas membutuhkan bentuk brainstorming dengan hasil sebuah grafik. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam pembuatan diagram afinitas adalah:
a. Memilih tema/tujuan yang mungkin ditekankan sebagai masalah
b. Mengumpulkan ide-ide (true customer needs) dan memasukkannya kedalam kartu-kartu dan disosialisasikan kepada seluruh anggota tim.
c. Mengelompokkan kartu-kartu ke suatu kotak berdasarkan kesesuaian ide. Pada langkah ini mungkin saja suatu ide tidak hanya masuk kedalam suatu kotak, tetapi juga masuk ke kotak-kotak lainnya tergantung tingkat kesesuaian terhadap pengelompokkan ide.
d. Proses sorting, dimana melakukan sorting pada langkah ketiga sehingga ide-ide benar-benar masuk pada kelompok yang sesuai.
e. Membuat nama bagi pengelompokkan ide yang telah didapat yang mewakili elemen-elemen pada suatu kelompok.
f. Melakukan leveling terhadap setiap kelompok sehingga diperoleh level mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.

2.5 Tahap penyusunan home of quality
Menurut Cohen (1992) tahap-tahap dalam menyusun rumah kualitas adalah sebagai berikut:

1. Tahap I Matrik Kebutuhan Pelanggan, tahap ini meliputi: 1) Memutuskan siapa pelanggan, 2) Mengumpulkan data kualitatif berupa keinginan dan kebutuhan konsumen, 3) Menyusun keinginan dan kebutuhan tersebut, dan 4) Pembuatan diagram afinitas

2. Tahap II Matrik Perencanaan, tahap ini bertujuan untuk mengukur kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan menetapkan tujuan-tujuan performansi kepuasan.

3. Tahap III Respon Teknis, pada tahap ini dilakukan transformasi dari kebutuhan-kebutuhan konsumen yang bersifat non teknis menjadi data yang besifat teknis guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

4. Tahap IV Menentukan Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen. Tahap ini menentukan seberapa kuat hubungan antara respon teknis (tahap 3) dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan (tahap 1).

5. Tahap V Korelasi Teknis, tahap ini memetakan hubungan dan kepentingan antara karakterisitik kualitas pengganti atau respon teknis. Sehingga dapat dilihat apabila suatu respon teknis yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi respon teknis lainnya dalam proses produksi, dan dapat diusahakan agar tidak terjadi bottleneck.

6. Tahap IV Benchmarking dan Penetapan Target, pada tahap ini perusahaan perlu menentukan respon teknis mana yang ingin dikonsentrasikan dan bagaimana jika dibandingkan oleh produk sejenis

2.6 Tahap analisa dan interpretasi
Tahap analisa dan interpretasi merupakan tahap teknis dan implementasi quality function deployment. Disini dilakukan analisis dan interpretasi terhadap rumah kualitas yang sudah disusun pada tahap sebelumnya. Dan bila dilanjutkan pada pembuatan suatu produk/jasa, maka akan dapat dihasilkan produk/jasa yang mempunyai karakteristik yang kuat dalam memenuhi keinginan konsumen, sehingga factor kualitas maupun unsur inovatif terpenuhi.

3. MALCOLM BALDRIGE NATIONAL QUALITY AWARD ( MBNQA )
Metode QFD telah membawa dampak yang luar biasa dalam peningkatan kualitas produk yang akhirnya bermuara pada peningkatan performance perusahaan, Sejarah telah membuktikan bahwa kemenangan dalam persaingan hanya bisa diperoleh oleh perusahaan-perusahaan ekselen (Excellence Company)
Pada era 70-an hingga awal 80-an pasar Amerika diserbu produk industry Jepang yang tadinya dianggap produk kelas dua, pelan tapi pasti Jepang berhasil “mencuri” pasar Amerika bahkan seiiring waktu Jepang tidak hanya “mencuri” tapi merebut pangsa pasar Amerika,
Dibalik keberhasilan Jepang ternyata arsitek manajemen yang tenyata adalah orang Amerika sendiri, yaitu Edward Deming dan Joseph M Juran, mereka memperkenalkan Pengendalian kualitas menggunakan diagram control, Teknik sampling statistic dan analisis Ekonomi modern kepada para manajer Jepang setelah PD II. Perusahaan Jepang kemudian memperkenalakn Konsep QCC dan TQM, kemudian konsep TQM disempurnakan dengan memasukan prinsip Kaizen, yaitu program perbaikan sepanjang waktu
Pada awal tahun 80-an masyarakat Amerika mulai resah hingga tahun 1982 dibentuklah Dewan Penasehat mutu ASQC ( Pusat Produktifitas Amerika ), tahun berikutnya diadakan konferensi yang membahas tentang penghargaan yang sama dengan Deming Prize yang ada di Jepang
Tahun 1986 dajukan usulan Undang-undang ( Bill 5321 ) tentang National Improvement Award.dan tanggal 20 Agustus 1987, presiden Ronald Reagent menanda tangani MBNQA menjadi undang-undang.
Dengan disahkannya undang-undang MBNQA diharapkan perusahan-perusahan di Amerika dapat menghambat laju pemasaran produk Jepang dan menjadi perusahaan unggul atau kelas dunia


Gambar 3.1 Strategi menuju kelas dunia

3.1 Kriteria MBNQA
Sejak dimulainya pemberian penghargaan tahun 1988. Bladrige National Quality Program telah berkembang luar biasa. Kriteria Baldrige berperan penting untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh, mengadakan peningkatan secara terus menerus demi kepuasan pelanggan untuk mencapai keberhasilan di pasar dan membantu perusahaan dalam meningkatkan daya saing dengan menitikberatkan sasaran yang berorientasi pada hasil . Kriteria MBNQA meliputi tujuh sasaran yaitu :
1. Leadership
2. Strategic Planning
3. Customer & Market focus
4. Information & Analysis
5. Human Resources Focus
6. Process Management
7. Business Results

3.2 Tujuan Kriteria MBNQA
Kriteria MBNQA dapat digunakan sebagai basis untuk self-assesment, mendapatkan penghargaan, dan untuk mendapat umpan balik. Juga mempunyai tiga peran penting dalam meningkatkan daya saing perusahaan, yaitu :
1. Meningkatkan kinerja, kemampuan dan hasil-hasil suatu organisasi.
2. Memfasilitasi dan sebagai sarana tukar informasi terhadap praktisi terbaik dibidangnya.
3. Sebagai working tool untuk memahami, mengelola kinerja dan panduan dalam perencanaan dan pembelajaran.

3.3 Manfaat Penerapan MBNQA
Kelebihan Kriteria Baldrige bukan hanya menjamin berlangsungnya Continuous Improvementt, namun lebih dari itu mendorong perusahaan untuk menjadi yang terbaik. Dalam criteria Baldrige kinerja sebuah perusahaan bisa dibandingkan dengan kinerja perusahaan lain yang sejenis berdasarkan skor ( nilai ) yang diperoleh. Penilaian dilakukan lembaga yang kredibel dengan metode yang juga kredibel.Penerapan MBNQA mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Menillai Progress menuju World Class.
2. Membantu memberikan arahan
3. Menentukan area-area yang harus diperbaiki
4. Menentukan kekuatan-kekuatan yang sudah dimiliki
5. Menyiapkan perencanaan menyeluruh
6. Improvement
7. Perolehan Award

3.4 Core Values and Concepts
Kriteria MBNQA dibangun atas seperangkat Nilai-nilai Dasar dan Konsep. Semuanya merupakan fondasi untuk mengintegrasikan persyaratan kunci usaha yang berorientasi kepada hasil-hasil. Nilai-nilai dan konsep ini merupakan ciri-ciri dari tingkah laku yang melekat yang ditemukan pada organisasi-organisasi berkinerja tinggi, yang meliputi :
1. Visionary Leadership
2. Customer-driven Excellence
3. Organizational and Personal Learning
4. Valuing Employees and Partners
5. Agility
6. Focus on the Future
7. Managing for Innovation
8. Management by Fact
9. Social Responsibility
10. Focus on Results and Creating Value
11. Systems Perspective

3.5 Dimensi yang dinilai dalam MBNQA
Dari ke tujuh criteria dalam MBNQA dan dikaitkan dengan Core Values and Concepts maka ada beberapa dimensi penilaian dari MBNQA, yaitu

1. Pendekatan (Approach)
Menilai pendekatan dalam pemenuhan persyaratan :
a. Kesesuaian , kecocokan alat, teknik, metode
b. Kefektifan metode, dilihat derajatnya : sistematis, terintegrasi, konsistensi implementasi, evaluasi, siklus pembelajaran/perbaikan
c. Bukti adanya inovasi dalam pendekatan sesuai tipe bisnis

2. Penyebarluasan (Deployment)
Menilai seberapa luas pendekatan terhadap semua aktifitas, area yang relevan, yaitu :
a. Kecocokan dan kefektifan aflikasi :
b. Dengan produk/jasa
c. Semua transaksi dan interaksi dengan pelanggan, pemasok, karyawan.
d. Semua proses internal, kegiatan, fasilitas, karyawan

3. Hasil-hasil (Result)
Menilai hasil/dampak atas pencapaian tujuan yang dipersyaratkan :
a. Kinerja pada saat ini dan kecenderungannya
b. Perbandingan dan/atau benchmark terhadap yang sesuai
c. Tingkat, luasan, dan kepentingan peningkatan kinerja
d. Menunjukkan adanya peningkatan/mempertahankan kinerja yang baik

3.6 Kerangka Kriteria Baldrige
Adapun kerangka Kriteria Baldrige secara prespektif dapat digambarkan sebagai berikut :


Gambar 3.2 Systems Perspective

4. PENCAPAIAN PERFORMANCE EXCELLENCE BASED ON MBNQA
Pengembangan produk merupakan suatu aktifitas yang besifat pasti sesuai dengan permintaan pasar yang sering berubah berdasarkan keinginan konsumen sertta motivasi untuk melaksanakan inovasi yang bertujuan mengantisipasi persaingan yang semakin ketat karena inovasi dapat diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengembangan dan/atau pemanfaatan / mobilisasi pengetahuan, ketrampilan ( termasuk ketrampilan teknologis ) dan pengalaman untuk menciptakan ( memperbaiki ) produk barang atau jasa, proses system baru yang memberikan nilai yang signifikan.
Pandangan tentang inovasi berkembang dari waktu kewaktu. Pemahaman sebagai “ proses sekuensial-linier” sampai mendominasi dimasa lampau. Dorongan bahwa hasil temuan ( invention / discovery / technical novelty ) merupakan sumber dan bentuk inovasi sebagai sekuen ( urut-urutan ) dimulai dari rangkaian dasar, riset terapan, litbang, manufaktur, hingga distribusi ( sering disebut Technology push ). Kemudian pandangan selanjutnya bahwa perubahan kebutuhan permintaan menjadi pemicu dari inovasi ( sering disebut demand pull ) berkembang pada periode berikutnya



Gambar 4.1: Evolusi Perspektif tentang inovasi


Namun pandangan tentang “sekuensial linier” push atau pull ( sering disebut pipeline linear model ) demikian disadari tidak sepenuhnya benar. Bahwa dalam sebagaian besar praktiknya inovasi lebih merupakan proses interaktif dan iterative, proses pembelajaran ( learning process ) yang merupakan bagian penting dalam proses social. Artinya, semakin dipahami bahwa inovasi pada umumnya tidak terjadi dalam situasi yang terisolasi. Model ini sering disebut dengan model feedback-loop atau chain-link atau model inovasi interatif atau non linier



Gambar 4.2 : Model Inovasi Chain-link



Dari uraian tentang inovasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa suatu pengembangan produk yang inovatif adalah produk yang berbasis keingginan konsumen ( voice of custumer ), sehingga produk yang diciptakan merupakan produk yang diharapkan oleh konsumen. metode QFD mengimplementasi hal tersebut dan metode QFD sendiri merupakan salah satu upaya yang terdifinitif
Dalam pengembangan produk harus melibatkan seluruh elemen dalam perusahaan untuk melakukan komitmen dalam peningkatan kualitas atau Total Quality Management ( TQM ) adapun kategori komitmen ( Category purposes ) meliputi :

4.1 Menyediakan Kerangka Kerja Sistem Manajemen Mutu Terpadu ( Plan )
1. Membantu mencapai konsensus terhadap apa yang dibutuhkan untuk dilakukan
2. Membantu integrasi beragam upaya usaha dan manajemen mutu
3. Kriteria komprehensif, dapat diaplikasikan ke seluruh unit dan bagian diperusahaan, berdasarkan input dan tinjauan dari ratusan pakar, dan terus menerus ditingkatkan berdasarkan pengalaman

4. Membantu mendidik manajemen puncak lainnya terhadap apa yang dibutuhkan untuk sistem Manajemen Mutu Terpadu
5. Menghemat pengembangan kinerja internal


4.2 Evaluasi Diri (Check)
1. Menyediakan poenilaian yang obyektif, dipercaya dan diterima secara nasional (US), kriteria tertulis
2. Penialaian berdasarkan perbandingan keluar (benchmark) yang dapat diaplikasikan
3. Tersedianya penilaian training
4. Proses penilaian dan pelatihan meminimalkan terjadinya penyimpangan yang dikarenakan individu melakukan penilaian
5. Penialaian memandu umpan balik yang berguna untuk perbaikan
6. Menyediakan mengukur kemajuan terhadap waktu yang mana dapat dibenchmark secara internal dan eksternal
7. Penialain dilakukan dalam bisnis daripada konteks akademik.


4.3 Meningkatkan Sistem mutu Perusahaan
1. Peningkatan fokus terhadap suatu hal yang paling banyak membutuhkan
2. Promosi berbagi hal yang baik, pendekatan efektif dalam perusahaan dan di antara perusahaan-perusahaan
3. Dapat digunakan untuk mengakui kemajuan dan tingkat penguasaan melalui penghargaan internal, dan diumumkan
4. Dapat mengarahkan proses peningkatan berkesinambungan daripada peningkatan sekali saja
5. Menyediakan suatu kompetisi (contest) untuk mencari jalan keluar dan belajar pendekatan dari “Kelas Dunia”
Dengan demikian melihat proses urutan pengembangan produk yang inovatif dengan metode Quality Function Deployment ( QFD ) apabila dilakukan dengan konsekuen maka perusahan siap untuk dilakukan audit eksternal dengan tujuh criteria dengan nilai total minimal 400 poin untuk mendapatkan sertifikasi Industrial Criteria for Performance Excellence based on MBNQA criteria dari ASQC

5. KESIMPULAN
Dari paparan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Inovasi tidak saja menyangkut tidak saja menyangkut kreatifitas gagasan namun juga berkaitan dengan potensi nilai komersial, ekonomi dan / atau sosial. Untuk menekankan perbedaannya dari pembaruan/perbaikan yang sekedar “ kreativitas biasa” ( dalam arti tidak memberikan manfaat atau dampak nyata ), beberapa pihak terkadang menyebut “inovasi yang diadopsi” atau terbukti “berhasil” secara komersial/ekonomi sebagai inovasi produktif ( productive innovation )
2. Metode Quality Function Deployment ( QFD ) merupakan salah satu uapay untuk mendukung terciptanya produk yang berbasis inovasi tidak sekedar sebagai productive innovation tetapi mempunyai manfaat atau dampak nyata, karena pengembangan produk didasarkan dari keinginan konsumen ( voice of costumer )
3. Proses pengembangan produk bisa diwujudkan apabila ada komitmen dari semua elemen manajemen perusahaan ( Total Quality Management ) sebagai persiapan pelaksanaan audit eksternal dengan tujuh criteria untuk mendapatkan sertifikasi Industrial Criteria for Performance Excellence based on MBNQA criteria dari ASQC
Tidak menutup kemungkinan dalam proses pencapaian sertifikasi Industrial Criteria for Performance Excellence based on MBNQA criteria dari ASQC terdapat beberapa kendala, yang harus dipikirkan oleh perusahaan untuk itu disarankan agar dicarikan solusinya, adapun kendala-kendala yang sering muncul adalah sebagai berikut :
1. Waktu yang dibutuhkan dalam menyususn Profil Organisasi yang mengacu kepada kriteria
2. Takut akan penilaian (fear of assessment)
3. Kurangnya para penilai yang terampil (lack of examiners trained)
4. Kecilnya pengakuan (lack of recognitioned)
5. Tidak yakin bagaimana kriteria penghargaan dan penilaian sesuai dengan manajemen mutu dan upaya perencanaan bisnis yang dipakai sekarang ( I am doing OK)
6. Kurangnya komitmen untuk menggunakan hasil-hasil untuk peningkatan (lack of commitment)

REFERENSI
Chris Denove dan James D. 2007, Power IV, “Satisfaction”, PT Gramedia, Jakarta
Cohen, Lou ,1995. Quality Function Deployment : How To Make QFD work for you. Addison – Wisley Publishing Company, INC.
Dale, GB, 1994 “ManagingQuality, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall International Inc.
Ferry Suzantho, 2008 “Excellence Performance Measurement Using MBNQA Criteria Lembaga Teknik dan Manajemen Industri : ITB Bandung
Fiegenbaum. A.V. 1991, “Total Quality Control, Third Edition Revised”, McGraw-Hill Book Companies
Goetsch dan Davis ,1997, “Introduction to Total Quality: Quality, Productivity and Competitiveness”, Englewood cliffs, New jersey; Prentice HallInt. Inc.
ISO ( 1994 ), ISO 9001 : “Quality System: Model for Quality Assurance in Design, Development, Production, Installation and Servicing, Guideline Switzerland: ISO
Juran, J.M. and Gryna, F.M. 1991, Quality Planning and Analysis, Third Edition), McGraw-Hill Book Companies
MN Nasution, 2005, “Manajemen Mutu Terpadu”, Total Quality Manajemen” Ghalia Indonesia, Bogor
Ranupandoyo, Hejarkhman, 1991, “ Manajemen Produksi” FE, UGM, Yogyakarta
Tatang A Taufik 1991, “ Meningkatan peran Perguruan Tinggi dalam memperkuat system inovasi” Orasi Ilmiah, STT Wastukancan,
Usellac,S, 1995. “ Zen Leadership : The Human Side of Total Quality Team Management”, Ohio: Mohican
Vivianne Bouchereau and Hefin Rowlands, 2000, Metods and techniques to help quqlity function deployment ( QFD ), Benchmarking An International Journal, Vol. 7 No. 1, pp 8-9, MCB University Press, 1463-5771
Vincent Gaspersz , 2000, Sekilas perjalanan pemenang MBNQA, Lean Six Sigma Blackbelt